Daftar Panggilan di Ponsel AKBP Buddy jadi Kunci Dibalik Kematian Kasat Narkoba Polres Metro Jaktim, Terkait Kasus yang Sedang Diungkap ?

Ponsel AKBP Buddy Simpan Rahasia Terkait Kematiannya ?
banner 468x60

DiksiNasinews.co.id, Jakarta – Polda Metro Jaya telah mengungkap hasil pemeriksaan terhadap ponsel milik AKBP Buddy Alfrits Towoliu, Kasat Narkoba Polres Jakarta Timur, yang meninggal setelah tertabrak kereta di dekat Stasiun Jatinegara. Hasilnya menunjukkan bahwa semua panggilan yang masuk dan keluar adalah nomor milik orang yang dikenal oleh AKBP Buddy.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko, menyatakan bahwa tidak ada orang tak dikenal yang menelepon ponsel AKBP Buddy. Semua kontak yang ada di dalam ponsel tersebut adalah orang-orang yang dikenal oleh AKBP Buddy.

banner 336x280

Polisi kemudian mengungkapkan riwayat panggilan masuk dan keluar dari ponsel iPhone 13 pro max milik AKBP Buddy. Pada pukul 06.55.03, AKBP Buddy menelepon istrinya Cecilia selama 32 detik. Kemudian, AKBP Buddy sempat menelepon Danmen tar Akpol pada pukul 06.56.09, tetapi panggilan tersebut dibatalkan sehingga durasinya adalah 0 detik.

Pada pukul 07.01.55, AKBP Buddy menerima missed call dari istrinya, Cecilia. Selama beberapa jam, tidak ada riwayat panggilan masuk maupun keluar. Baru pada pukul 09.24.38, AKBP Buddy menerima missed call dari Wakasat Polres Jakarta Timur. AKBP Buddy lalu menelepon balik Wakasat Polres Jakarta Timur pada pukul 09.26.11 dengan durasi pembicaraan selama 1 menit 41 detik.

AKBP Buddy lalu mendapat telepon dari kontak bernama Datarakajay pada pukul 09.29.26 dengan durasi pembicaraan selama 38 detik. Pada pukul 09.31 WIB, AKBP Buddy tertabrak kereta di dekat Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur, sebagaimana terlihat dalam rekaman CCTV.

Kepolisian telah melakukan penyelidikan mengenai kasus tersebut. Sejumlah saksi hingga rekaman CCTV turut diperiksa. Kepolisian pun telah membeberkan kronologi AKBP Buddy keluar dari Polres Jakarta Timur lalu berjalan seorang diri ke pinggir rel hingga tertabrak kereta.

“Saksi melihat (AKBP Buddy) seorang diri di tembok dalam pembatas rel dan Jalan Raya Bekasi Timur. Saksi melihat korban jalan ke rel jalur 3. Korban tertabrak dan meninggal sekitar pukul 09.31 WIB,” kata Trunoyudo.

Sebelumnya, keponakan korban Cyprus Tatali menyebut bahwa AKBP Buddy sempat menerima telepon dari orang tak dikenal pada pukul 09.00 WIB. Cyprus mengatakan usai menerima telepon dari sosok misterius itu, AKBP Buddy langsung beranjak pergi dari ruang kerjanya di Polres Metro Jakarta Timur.

“Nah dalam berbicara tadi jam 09.00 WIB lewat ini, Polres Metro Jakarta Timur ruang dia baru untuk mau rehab ini tahu-tahu ada orang menelepon. Menelepon itu, setelah menelepon, beliau masih di ruangan dia dan tidak sampai satu jam setelah dia menelepon itu dia berangkat,” jelas Cyprus, keponakan AKBP Buddy.

Cyprus merasa curiga atas kematian paman dari suaminya itu dan menyatakan bahwa pihak keluarga menolak anggapan bahwa kematian AKBP Buddy disebabkan oleh bunuh diri. Hal ini menambah keraguan publik terhadap kasus tersebut.

Kasus kematian AKBP Buddy mengundang perhatian publik, khususnya masyarakat yang khawatir dengan tindakan kekerasan dan tekanan dalam sistem penegakan hukum di Indonesia. Beberapa orang menilai bahwa kematian AKBP Buddy terkait dengan pekerjaannya sebagai Kasat Narkoba Polres Jakarta Timur dan kemungkinan adanya konspirasi atau permainan politik yang terlibat dalam kasus ini.

Beberapa hari setelah kematian AKBP Buddy, polisi menangkap seorang pengedar narkoba di wilayah Jakarta Timur. Kepolisian menyatakan bahwa pengungkapan kasus ini terkait dengan kasus narkoba yang ditangani AKBP Buddy sebelum kematiannya.

 

Namun, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dan banyak spekulasi yang beredar terkait kasus ini. Beberapa orang menilai bahwa pengungkapan kasus narkoba yang terkait dengan kematian AKBP Buddy terlalu mudah dan terkesan sebagai upaya untuk menutupi kasus yang sebenarnya.

Dalam konteks Indonesia, kematian pejabat kepolisian atau aparat penegak hukum lainnya yang terlibat dalam penanganan kasus narkoba bukanlah hal yang baru. Beberapa kasus serupa terjadi di masa lalu dan menimbulkan tanda tanya besar terkait keamanan dan keberhasilan sistem penegakan hukum di Indonesia.

Pada akhirnya, kasus kematian AKBP Buddy menjadi bukti bahwa masih ada pekerjaan besar yang harus dilakukan untuk memperbaiki sistem penegakan hukum di Indonesia. Masyarakat perlu terus memantau dan mengawasi kerja aparat penegak hukum untuk memastikan bahwa tindakan mereka sesuai dengan hukum dan etika yang berlaku. Semoga kasus ini dapat menjadi momentum untuk perbaikan sistem penegakan hukum di Indonesia dan menjaga keamanan serta kedamaian publik.

banner 336x280