DiksiNasenews.co.id, Jepang – Negara-negara di Kepulauan Pasifik secara kompak enggan menerima permohonan Jepang yang berniat membuang air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima Daiichi ke Samudra Pasifik.
Jepang bersikukuh jika mereka mampu mengolah air limbah dengan aman, namun menteri lingkungan hidup G7 mempunyai pendapat lain, mereka dengan tegas menolak keinginan negara matahari terbit tersebut.
Duta Besar Kiribati Untuk PBB dan Amerika, Teburoro Tito menyatakan jika wilayah Kepulauan Pasifik memiliki jutaan spesies hewan laut dan orang-orang yang mencari penghidupannya dari kekayaan laut. Teburoro mengatakan jika sebanyak 44 persen spesies yang terdapat di sana terancam berkurang, bahkan sudah dinyatakan punah.
“Ini hidup kita. Lautan menyediakan hampir semua yang kami butuhkan untuk penghidupan, karena kami adalah negara-negara Samudra,” ujar sang Duta Besar.
Hal ini membuat beberapa pihak menganggap jika proposal pembuangan limbah perusahaan tenaga nuklir ini membahayakan lingkungan serta mengancam kehidupan masyarakat setempat.
Tidak hanya itu, para ahli juga mengkhawatirkan dampak jangka panjang dari pembuangan air limbah radioaktif tersebut. Contohnya, Amerika telah melakukan 67 kali uji coba nuklir pada tahun 1946-1958 dan lebih dari 60 tahun kemudian, unsur radioaktif masih dapat ditemukan dalam kelapa di Amerika.
Oleh karena itu, negara-negara di Kepulauan Pasifik menuntut tambahan kajian tentang proses dekontaminasi agar pembuangan air limbah nuklir olahan tersebut tidak meracuni perairan atau satwa liar.
PLTN Fukushima Daiichi menggunakan tangki – tangki penyimpan air radioaktif yang sudah melalui proses sedemikian rupa guna mendinginkan bahan bakar cair. Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO), menjalankan proses ini di kota Okuma, timur laut Jepang, pada 3 Maret 2022.
Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang, Yasutoshi Nishimura mengatakan, “Kemajuan berkelanjutan dalam upaya menonaktifkan itu, mencakup pembuangan air limbah yang sudah melalui Advanced Liquid Processing System ke laut, serta pendekatan Jepang yang berbasis sains dan transparansi, yang telah diapresiasi.”
TEPCO telah menangguhkan rencana pembuangan air limbah nuklir olahan tersebut dan para ahli merekomendasikan untuk menemukan alternatif lain seperti menemukan tangki penyimpanan tambahan untuk menampung air limbah nuklir hingga isotop radioaktif itu terurai lebih lanjut. Hal ini dilakukan untuk menjaga lingkungan dan kehidupan masyarakat setempat dari bahaya yang mungkin terjadi akibat pembuangan air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima Daiichi.