Diksinasinews.co.id – Kabupaten Ciamis menjadi tuan rumah perhelatan akbar olahraga se- Jawa Barat dalam ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XIV.
Hal ini merupakan tonggak sejarah bagi Ciamis. Bupati Ciamis Herdiat Sunarya mantan manager PSGC yang kini memimpin Ciamis memang sangat mencitai olahraga.
Yang tidak kalah penting adalah melalui Porprov XIV mampu mempromosikan wisata di Ciamis.
Harapan tersebut sejatinya semua pihak harus dapat merealisasikannya. Pasalnya, untuk ajang itu, mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit. Untuk menggelar Porprov XIV, pemerintah menggelontorkan anggaran mencapai milyaran rupiah.
Meskipun, ketika mengutip dari salah satu laporan media massa bahwa pihak Pemerintah Daerah (Pemda) Ciamis mengakui bahwa menganggarkan dengan sangat minimalis.
Transparansi, dan akuntabilitas anggaran Povprov Jabar?
Terlepas dari berapa nominal anggaran yang harus keluar, masyarakat luas tentunya tidak seluruhnya mengetahui seberapa besar dana yang akan terserap.
Apalagi masyarakat kalangan menengah ke bawah, yang gelap akan informasi keterbukaan publik.
Pertanyaannya, apakah even olahraga sebagai pagelaran olahraga semata, ataukah memiliki dampak sosial-ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat?
Maksum Suherman pemerhati kebijakan publik asal Sumatera Selatan menegaskan bahwa dalam kasus even olahraga Internasional, misalnya, SEA Games di Palembang tahun 2011. Pada kegiatan tersebut tak hanya jadi ajang bagi atlet untuk berjuang membela negara, tetapi masyarakat Palembang juga memanfaatkannya sebagai kesempatan emas untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya.
Sebagai contoh, warga Palembang yang mempunyai rumah lebih ternyata menyewakan rumahnya kepada awak media yang ingin tempat tinggal selama meliput SEA Games.
Apakah Povprov dongkrak ekonomi masyarakat Ciamis?
Melansir dari DetikSport (2011) menunjukkan bahwa biasanya biaya sewa rumah ukuran menengah ke atas Rp 10 juta per bulan, maka selama SEA Games harganya meningkat jadi Rp 20-25 juta per bulan.
Demikian juga dengan ruko-ruko sewaan untuk LOC (panitia lokal) SEA Games. Penyewaan kendaraan bermotor juga mengalami kenaikan tarifnya. Sudah bisa memperkirakan berapa keuntungan masyarakat lokal dapatkan.
Dampak sosial-ekonomi terhadap masyarakat
Selain itu, kita juga dapat melihat bagaimana Barcelona memanage kegiatan Olimpiade 1992.
Indikator signifikan terjadi pada potensi pariwisata kota. Pada tahun 1990, Barcelona memiliki total 118 hotel, di antara mereka menyediakan 10.265 kamar dan 18.569 tempat tidur.
Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1992 akhir, jumlah hotel telah meningkat menjadi 148, dengan 13.352 kamar dan 25.055 tempat tidur.
Angka-angka ini mewakili kenaikan 35% dalam jumlah tempat tidur hotel yang tersedia.
Sementara itu, tarif kamar diperiode yang sama telah meningkat dari 71% menjadi 84% (Duran, 2005).
Berkat visi ke depan yang kuat, Barcelona sekarang menikmati situasi yang luar biasa: empat tahun berturut-turut 80% atau lebih tinggi tarif hunian, tempat tidur hotel 85% lebih dari tahun 1990 dan 37% lebih dari tahun 1992 (ada 34.303 tempat tidur pada akhir 2001).
Terkait dengan aspek ekonomi, penyelenggaraan Olimpiade telah memberikan beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan konstruksi, layanan yang disediakan di Olimpiade, layanan rumah tangga di Desa, layanan makanan dan minuman di Stadion dan sebagainya.
Catatan pentingnya, masyarakat tidak boleh menjadi korban hanya karena alasan sentimen yang hiperbolis.
Masyarakat Ciamis kebagian apa? ke mana para pelancong menbelanjakan uang?
Berkaitan dengan penyelenggaraan Porprov Jabar XIV di Ciamis, pengambilan keputusan yang berkaitan dan bersingungan dengan masyarakat maka perlu melibatkan masyarakat Ciamis secara aktif.
Kurangnya transparansi publik, ditambah dengan keterbatasan partisipasi masyarakat akan berpotensi memperburuk kesenjangan sosial-ekonomi di Ciamis.
Secara kasat mata, ribuan orang dari berbagai kota dan Kabupaten mendatangi Ciamis, dari kontingen dan cabornya masing-masing.
Untuk tempat bermalam saja, keadaan ini menguntungkan kota Tasikmalaya. Hotel-hotel di Tasikmalaya mendadak penuh oleh para tamu.
Belum lagi roda perdagangan yang memang terhidupkan seperti pada sentra kuliner dan jajanan lainnya.
Padahal jika pemda bisa lebih tranfaran dan melibatkan masyarakat, salah satu solusi yang kongkrit adalah dengan menjadikan masyarakat sebagai mitera untuk terjun langsung pada kegiatan tersebut.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana dampak sosial, ekenomi, dan psikologis penyelenggaraan Porprov Jabar ke- XIV di Ciamis?.
Sangat mungkin memerlukan terlebih dahulu untuk studi komprehensif dan lebih mendalam untuk menjawab secara tepat.
Namun, setidaknya, kita dapat menarik pelajaran dari fenomena yang terjadi pada tuan rumah even olahraga di atas.
Semoga anggaran besar yang telah keluar untuk terselenggaranya Porprov Jabar XIV ini, dapat mendongkrak kemajuan masyarakat Ciamis baik pada aspek sosial, ekonomi maupun psikologis, aamiin.